Kamis, 17 Februari 2011

Siren, Temannya Putri Duyung



Siren merupakan makhluk mitologi yunani yang hidup di lautan luas. Bangsa siren memiliki kelebihan, yaitu suara yang luar biasa merdu yang membuat para pelaut terbuai dengan kemerduannya. Mereka mencari asal suara merdu itu dan kemudian kapal mereka akan tenggelam karena terbentur dengan karang, tempat dimana para siren menyanyi.

Beberapa sumber dikumpulkan sehingga jumlah mereka ada sembilan. Nama-nama individual mereka adalah:

• aglaophonos atau aglaope
• leucosia
• ligeia
• molpe
• parthenope
• pisinoe atau peisinoë
• raidne
• teles
• thelxiepia atau thelxiope atau thelxinoe
menurut beberapa versi, mereka adalah teman bermain persephone semasa kecil.

Di yunani pada mulanya siren dilukiskan sebagai burung berkepala besar dengan kaki bersisik, kadang-kadang sebagai bayangan hantu seekor singa.
Kemudian, mereka dilukiskan sebagai sosok wanita berkaki burung, dengan
atau tanpa sayap, memainkan alat musik, khususnya harpa. “suda”, ensiklopedia abad ke-10, menerangkan bahwa wujud siren dari dada ke atas menyerupai burung gereja, sedangkan badan bagian bawah adalah wanita, atau kadang-kadang, mereka dilukiskan sebagai burung kecil berwajah wanita. Wujud burung dipilih karena kelebihan mereka, yakni suaranya merdu. Kemudian, pada masa-masa berikutnya siren juga kadang-kadang dilukiskan sebagai wanita cantik, atau bahkan sebagai puteri duyung. Dalam beberapa bahasa (seperti spanyol, perancis, italia, polandia, atau portugis)
kata yang digunakan untuk merujuk pada puteri duyung adalah “siren”,
“sirena”, “syrena”, atau “sereia” yang membingungkan penerjemahan antara “puteri duyung” atau “siren” (mitologi). Dalam bahasa inggris,
“siren” tidak selamanya berarti “puteri duyung”.

Pertemuan dengan Siren

Kisah pertemuan dengan para siren diceritakan dalam kisah odyssey. Suatu ketika, saat odysseus harus melewati pantai berkarang yang dihuni oleh para siren, ia menyuruh seluruh awak kapalnya untuk menyumbat telinga mereka dengan lilin agar tidak mendengar suara para siren yang menghanyutkan hati. Ia sendiri ingin agar dirinya diikat pada tiang dengan tidak menyumbat telinga karena penasaran seperti apa nyanyian para siren tersebut. Ketika ia mendengar suara merdu para siren, ia memberontak dan menyuruh awak kapalnya agar melepaskan tali yang mengikat dirinya di tiang kapal. Para awak kapalnya menolak. Ketika kapal mereka sudah jauh dari siren, odysseus berhenti memberontak dan menjadi tenang, setelah itu
dibebaskan. (odyssei xii, 39).

kisah pertemuan dengan para siren juga diceritakan dalam petualangan jason, argonautica. Chiron memperingatkan jason bahwa orpheus kelak akan sangat berguna dalam perjalanannya. Ketika jason dan kapalnya melewati pantai berkarang yang menjadi habitat para siren, orpheus mendengar suara mereka yang merdu. Lalu ia memainkan harpa dengan nyanyian yang lebih merdu daripada nyanyian para siren. Karena merasa kalah, para siren menceburkan diri ke laut.

Misterius dan sadis, memang gambaran bagi siren. Walaupun mereka terkenal dengan kesadisan, mereka juga menjadi simbol bagi keindahan seni. Mereka menjadi simbol bagi keindahan perempuan. Mereka menjadi simbol kehidupan.


sumber: http://zeroxas-hydrax.blogspot.com/2010/05/siren-temenya-putri-duyung.html 

1 komentar:

  1. iya saya bukan setujuh lagi tapi sepuluh bahwa puteri duyung memang ada

    BalasHapus